SISTEM RESPIRASI HEWAN
A. Pendahuluan
Sistem respirasi memiliki fungsi utama
untuk memasok oksigen kedalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam
tubuh. Kita sering mendengar istilah respirasi eksternal dan internal, bukan?
Pada dasarnya, pengertian repirasi eksternal sama dengan bernapas, sedangkan
repirasi internal atau respirasi seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh
sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2. penyelenggaraan
repirasi harus didukung oleh alat pernapasan yang sesuai yaitu alat yang dapat
digunakan oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Alat
yang dimaksud dapat berupa alat pernapasan khusus ataupun tidak.
Oksigen yang diperoleh hewan dari
lingkungannya digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan
ATP. Sebenarnya hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam ini
disebut repirasi anaerob. Akan tetpi proses tersebut tidak dapat menghasilkan
ATP dalam jumlah banyak. Repirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah
banyak ialah repirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya
menghasilkan dua molekul ATP sementara dalam proses aerob, molekul yang sama
akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP. Oleh karena itu, hampir semua hewan
sangat bergantung pada proses repirasi atau pembentukan ATP secara aerob.
Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan
air yang harus segera dikeluarkan dari sel.
B. Fungsi
Sistem Respirasi
Ada 5 fungsi dari sistem respirasi atau
pernapasan yaitu, sebagai berikut:
1.
Menyiapkan
permukaan yang luas untuk pertukaran gas antara udara dan peredaran darah.
2.
Menggerakan
lalulintas pertukaran udara dari dan ke permukaan paru-paru.
3.
Melindungi
permukaan membran respirasi dan dehidrasi, perubahan temperatur, dan perubahan
lingkungan lainnya, dan menjaga sistem respirasi dan jaringan lainnya dari
invasi patogen.
4.
Menghasilkan
bunyi termasuk bicara, nyanyi dan komunikasi nonverbal.
5.
Memberikan
sensi olfaktori (pembauan atau penciuman) ke sistem saraf pusat dari epitel
olfaktori dibagian atas rongga hidung.
Respirasi
Respirasi meliputi:
- Respirasi eksternal, yaitu proses pengambilan gas dioksida (O2) dari lingkungan (medium) dimana hewan itu hidup yang akan digunakan dalam proses metabolisme untuk menghasilkan energi dan pelepasan gas karbondioksida (CO2) ke lingkungan, melalui membraan respirasi secara difusi.
- Respirasi internal, yaitu proses yang berlangsung di dalam sel (mitokondria) dimana terjadi reaksi oksidasi reduksi (pembakaran) dengan menggunakan O2 untuk menghasilkan energi.
- Transportasi gas, yaitu meliputi pengangkutan gas O2 dan gas CO2 melalui sirkulasi darah menuju dan dari sel, serta dari dan ke membran respirasi (paru-paru atau insang).
C. Organ
Pernapasan Pada Hewan
Pertukaran gas antara hewan dan
lingkungannya dapat terjadi dengan cara difusi sederhana. Pada beberapa hewan,
terutama dengan hewan akuatik berukuran kecil, pertukaraan gas dapat terjadi
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Cara tersebut sudah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan hewan untuk mengambil oksigen dan membuang karbondioksida.
Akan tetapi, seiring dengan proses
perkembangannya, tubuh hewan pun menjadi semakin kompleks dan ukurannya menjadi
semakin besar. Akibanya, pertukaran gas dengan cara difusi tidak lagi memadai.
Untuk itu, diperlukan organ khusus yang memungkinkan pertukaran gas secara
cepat. Tentu saja, organ tersebut harus sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
hidup suatu hewan. Berdasarkan jenis lingkungan hidupnya, kita mengenal organ
repiratori akuatik (pada hewan yang hidup di air) dan organ repiratori
terestrial atau aerial (pada hewan yang hidup di darat atau udara).
Organ respirasi akuatik dapat berupa
kulit, seluruh permukaan tubuh atau insang. Permukaan tubuh atau kulit sebagai
organ repirasi terutama digunakan oleh hewan inaktif yang bertubuh tipis.
Sementara, insang lebih sering ditemukaan pada hewan air yang aktif. Insang
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu insang luar dan insang dalam. Insang luar
antara lain dapat ditemukaan pada larva katak, sedangkan insang dalam dapat
ditemukan pada ikan dan sejumlah hewan air lainnya. Organ repirasi terestrial
dapat berupa paru-paru difusi, paru-paru buku, trakea, dan paru-paru alveoler.
Paru-paru difusi merupakan modifikasi dari insang. Pertukaran gas yang terjadi
pada organ tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh ventilasi atau pertukaraan
udara, tetapi lebih ditentukan oleh laju difusi gas. Paru-paru difusi dapat
berupa rongga mantel seperti yang ditemukan pada bekicaot tidak bercangkang
(garden slug). Paru-paru buku pada arakhnida, contohnya pada laba-laba dan
kalajengking.
Trakea merupakan organ pernapasan yang
sering dijumpai pada insecta. Organ pernapasan burung dan ikan biasanya
dilengkapi dengan gelembung atau kantong udara.
Fungsi utama gelembung udara adalah mengatur daya apung tubuh hewan atau
(buoyancy) agar dapat bergerak naik
atau turun. Pengatura daya apung tubuh ikan dilakuakan dengan cara
menyekresikan gas (sebagaian besar oksigen) atau mengabsorsinya kembali
sehingga gelembung udara akan menyusut atau mengembang. Selain fungsi tersebut,
gelembung udara pada ikan ikut diyakini ikut berperan dalam proses repirasi.
Pada burung selain mengatur daya apung tubuh, kantung udara juga berfungsi
memperluas permukaan untuk pertukaran gas, terutama pada saat terbang.
Organ pernapasan berupa paru-paru dapat
ditemukaan pada ampibia, aves, reptil dan mamalia. Paru-paru alveolar pada
ambhibia masih sederhana dan kurang elastis sehingga kurang dapat memenuhi
kebutuhan fisiologi tubuhnya. Oleh karena itu, ampibi menggunakan kulitnya
untuk pertukaran gas. Paru-paru yang telah mengalami perkembangan sempurna
ialah paru-paru mamalia.
1. Organ Pernapasan pada Serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat
pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea
bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang
disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat
kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai
katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi
secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup
saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel.
Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus
sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus
tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh.
Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada
serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut:
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya
COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea
kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2masuk
ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2
dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut CO2
basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada
serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah
berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh
dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara.
Serangga air tertentu mempunyai
gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya,
kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut
pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung
dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula
serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air,
atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya
dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
2. Organ
Pernapasan pada Kalajengking dan Laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar
(Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat pernapasan berupa paru-paru buku,
sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku. Paru-paru buku
memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-masing paru-paru
buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar.
Paru-paru buku ini juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar.
Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
Baik insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama
seperti fungsi paru-paru pada vertebrata.
3. Organ
Pernapasan pada Ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan
(pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan
selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak
lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2
berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang
yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai
alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi
yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan
labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui
2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari
air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah
untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase
ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki oleh ikan, insang
juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang
memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.
4. Organ
Pernapasan pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat
selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas
dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi
sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara
di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak
bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah
berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung
dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo
kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi
di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya
belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang
berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan
dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya
terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen)
yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada
gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah sebagai
berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar,
akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat
celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah
yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot
perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya
koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
5. Organ
pernapasan pada Reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga
dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana,
hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan
pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal,
kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa
jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
6. Organ
Pernapasan pada Burung
Pada burung, tempat berdifusinya gas
pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan
terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan
pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian
diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan
trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin,
dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri.
Dalam bronkus pada pangkal trakea
terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput
yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus
bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat
dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian
dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus
(100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain
paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa
(sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis.
Di pundi-pundi hawa tidak terjadi
difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan
cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka
pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal
leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang
selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di
rongga perut (kantong udara abdominal). Masuknya udara yang kaya oksigen ke
paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk
(interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke
bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar
rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang
mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal
di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa
dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2)
di paruparu berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat
sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid
terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya,
ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan
tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru
yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada,
udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam
pembuluh kapiler di paru-paru.Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat
terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.
Saat terbang terbang
pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan
tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang.
Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke ke atas), kantong udara di antara
tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke
paru-paru. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda
bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot
tubuh.
Bagan
pernapasan pada burung di saat hinggap adalah sebagai berikut.
Burung mengisap udara à udara mengalir
lewat bronkus ke pundi-pundi hawa bagian belakang à bersamaan
dengan itu udara yang sudah ada di paru-paru mengalir ke pundi-pundi hawa à udara di
pundi-pundi belakang mengalir ke paru-paru à udara menuju
pundi-pundi hawa depan.
7. Organ
Respirasi pada Manusia
§ Sistem pernapasan pada manusia
mencakup dua hal pokok, yaitu:
a.
Saluran pernapasan yang dilalui
udara
b.
Mekanisme
pernapasan Bagaimana bisa terjadi inspirasi dan ekspirasi
§ Urutan saluran pernapasan
adalah sebagai berikut:
Rongga hidung à faring à trakea à bronkus à bronchiolus à alveolus
(Pulmo).
§ Bisa terjadi aliran karena adanya:
a.
Ada perbedaan tekanan partial O2 dan
CO2 pada bagian bagian organ respirasi
b.
Tekanan partial PO2 udara 160 mmHg -
Alveolus = 46 mmHg Tekanan partial PCO2 Alveolus 40 mmHg - Udara = 0,3mmHg
c.
Maka dipastikan akan terjadi difusi
gas gas tersebut dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah begitu juga
adanya perbedaan tekanan pada pembuluh darah dan sel /jaringannya .
§ Organ Penapasan Manusia
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Ada 3 karakter di hidung, yaitu:
Ada 3 karakter di hidung, yaitu:
1)
Rongga hidung berlapis selaput
lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan, di
dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera).
2)
Terdapat rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
3)
Juga terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk (sebagai heatter).
b.
Faring (pangkal tenggorokan)
1)
Faring merupakan percabangan 2
saluran berupa nasofarings (udara) pada bagian depan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang.
2)
Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis).
3)
Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara (Laring) bergetar dan terdengar sebagai suara.
!!!Catatan:
Jika makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan (Keselek) karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita
akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi
bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
c. Tenggorokan (Trakea)
1)
Tenggorokan berupa pipa yang
panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada
(torak).
2)
Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan,
3)
Pada bagian dalam rongga terdapat
epithel bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang
masuk ke saluran pernapasan.
d.
Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki/bronchus)
1)
Merupakan cabang Tenggorokan
(trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
2)
Struktur lapisan mukosa bronkus sama
dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna.
3)
Bronkus bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus.
e.
Paru-paru (Pulmo)
1)
Paru-paru terletak di dalam rongga
dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
2)
Paru-paru ada dua bagian yaitu
paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus /lembaran.
3)
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura.
4)
Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura
luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga
berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura
berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura
bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
5)
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus,
alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti
spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk
pertukaran gas.
6)
Di dalam paru-paru, bronkiolus
bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus.
7)
Bronkiolus tidak mempunyi tulang
rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak
bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus)
8)
Alveolus terdapat pada ujung akhir
bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis
dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan.
§ Mekanisme
Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang
terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem
pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan
dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
1)
Pernapasan luar
(Ekspirasi) terjadinya pertukaran udara antara udara dalam alveolus dengan darah
dalam kapileR
2)
Pernapasan
dalam (Inspirasi) adalah pertukaran udara antara darah dalam kapiler dengan
sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat
dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu, sebagai berikut:
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang
melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Fase Inspirasi
§ Fase ini
berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
§ Kontraksi ini
membuat rusuk naik terangkat
§ Terangkatnya
rusuk membuat rongga dada membesar
§ Karena rongga
dada membesar tekanan udara di rongga kevil
§ Akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
2) Fase ekspirasi.
§ Fase ini
merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
§ Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.
b.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya
melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga
dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni
sebagai berikut.
1)
Fase Inspirasi. Pada fase ini otot
diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada
membesar. Keadaan ini menyebabkan tekanan udara di paru-paru mengecil sehingga
udara luar masuk ke paru-paru.
2)
Fase Ekspirasi. Pada fase ekspirasi
merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan akibatnya teekanan udara di
paru-paru membesar sehingga udara keluar dari paru-paru.
D. Pertukaran
Gas O2 dan CO2 dalam Pernapasan.
Jumlah oksigen yang diambil
melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan
makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak
membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak
daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa,
manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc
tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi
dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen
udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi
hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang
dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi
alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau
pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin
yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin
atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang
berupa protein.
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh
hemoglobin dapat diperlihatkan menurut persamaan reaksi bolak-balik ini: Hb4 + O2 à 4 Hb O2 (oksihemoglobin) berwarna merah jernih Reaksi ini dipengaruhi
oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2),
perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara.
Proses
difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri
dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1
atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar
160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi
dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm
Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena
pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari
jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg
menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan,
O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir
lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45
mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari
jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2
nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke
paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah
dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan
oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam
darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah
7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar
tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut: C02 + H20 à
(karbonat anhidrase) H2CO3. Tiap liter
darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH
darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2
oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni, sbb:
1.
Karbon
dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh CO2).
2.
Karbon
dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).
3.
Karbon
dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O
à H2CO3 à H+ + HCO-3
Gangguan terhadap pengangkutan CO2
dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam
darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan
Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.
Pertukaran gas antara tubuh hewan dan
lingkungannya selalu terjadi pada lingkungan akuatik maupun terestiral.
Bernapas, baik di udara ataupun di air, masing-masing mengandung keuntungan dan
kerugian. Pada hewan yang bernafas di air, kerugian pertama yang mereka peroleh
ialah adanya kenyataan bahwa dibandingkan dengan udara, molekul air jauh lebih
padat dan 60 kali lebih sulit mengalir dari pada udara. Jadi, dibandingkan
dengan udara, air jauh lebih sulit mengalir ke organ pernapasan oleh karena
itu, untuk mengalirkan air ke organ pernapasannya, hewan akuatik harus
mengeluarkan energi tambahan untuk melawan gaya gravitasi. Keutungan dan
kerugian berikutnya berkaitan dengan adanya perbedaan antara kandungan oksigen
di udara dan air. Kandungan oksigen dalam air jauh lebih rendah daripada
kandungan oksigen di udara. Kandungan oksigen di dalam air adalah 10 ml O2/liter,
sedangkan kandungan oksigen di udara 200 ml/liter. Jadi, hewan yang bernapas di
udara lebih mudah memperoleh oksigen daripada hewan akuatik.
Namun, hewan akuatik memperoleh
keuntungan lain berkaitan dengan tingginya kelarutan CO2 dalam air,
yang mencapai 20-30 kali lebih besar daripada kelarutannya di udara. Hal ini
menyebabkan hewan akutik sangat mudah membuang CO2 ke
lilngkungannya, dan hampir tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan
pembuangan CO2 . berkaitan dengan hal itu, rangsangan utama untuk
bernapas pada hewan akuatik adalah O2. Air mempunyai kapasitas panas
lebih tinggi daripada udara. Hal ini berarti bahwa air lebih efektif untuk mengurangi
panas dan suhunya tidak mudah berubah. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi
hewan yang hidup di air, yang umumnya bersifat ektotermik, berbeda dengan air,
udara memiliki kapasitas panas yang rendah sehingga suhu udara sangat mudah
berubah.
E. Pengaturan
Respirasi (Pernapasan)
Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk
mencukupi kebutuhan akan oksigen dan membuang CO2 secara efektif.
Pengaturan respirasi dapat berlangsung secara kimiawi maupun sarafi. Pada
dasarnya, pengaturan tersebut dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kadar
oksigen dan karbodioksida dalam tubuh. Hal ini penting karena kekurangan
oksigen maupun kelebihan karbondioksida dalam darah/cairan tubuh akan menggangu
proses fisiologis secara keseluruhan. Dari gambar dibawah ini kita dapat
memahami bahwa pada saat kadar karbodioksida meningkat (misalnya selama katif
melakukan kegiatan), kemoreseptor di medula (pusat repirasi) terangsang. Hal
ini menyebabkan implus saraf dijalarkan di sepanjang serabut eferen ke organ
efektor (otot dada, jantung, dan pembuluh darah). implus yang sampai pada organ
efektor tersebut menimbulkan proses kompleks yang menyebabkan peningkatan laju
ventilasi dan pelepasan CO2. Implus yang sampai ke jantung dan
pembuluh darah pada jaringan yang mengalami penimbunan CO2 akan
mendorong timbulnya respons yang akan mempermudah pelepasan CO2 dari
tubuh, sekaligus meningkatkan pemasukan oksigen ke dalam tubuh.
Pengaturan respirasi secara kimiawi
pada hewan terestrial lebih banyak dirangsang oleh adanya peningkatan kadar CO2
dalam darah daripada oleh penurunan kadar oksigen. Pengaturan respirasi
secara sarafi dilakukan oleh sekelompok sel saraf pada pons varolli dan medula
oblongata. Pada pons bagian atas terdapat pneumotaxic centre, yaitu pusat pernapasan yang berfungsi sebagai
pengatur kerja pusat saraf yang lebih rendah, yang terdapat di medula
oblongata. Pusat saraf yang lebih rendah tersebut ialah pusat inspiratori dan
pusat ekspiratori, yang mengendalikan inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan hewan.
Selain ketiga pusat tersebut, pengaturan respirasi juga dilakukan oleh stretch receptor (reseptor regangan) dan
saraf vagus, yang membawa rangsangan dari organ pernapasan ke pusat
ekspiratori. Stretch receptor yaitu
reseptor yang terdapat pada bronkhus dan jaringan paru-paru, berfungsi untuk
memantau keadaan paru-paru. Reseptor ini terangsang pada saat paru-paru
meregang maksimal (saat inspirasi).
Kemoreseptor yang peka terhadap CO2
juga ditemukan pada badan karotid dan aorta. Reseptor di bagian ini memantau
kadar CO2 secara langsung, tetapi peranannya tidak sebesar peran
reseptor sejenis yang terdapat di medula oblongata. Hal ini berarti sekalipun
saraf yang menghubungkan bagian tersebut dengan otak diputuskan, respon untuk
menurunkan kadar CO2 akan tetap terselenggara. Sebagian reseptor di
badan karotid dan aortik juga merespons penurunan kadar oksigen (pO2).
Hal terpenting yang harus diatur
terkait langsung dengan pengendalian homeostatis kadar/tekanan O2 dan
CO2 adalah kedalaman dan laju pernapasan. Faktor yang paling
menentukan kedalaman dan laju pernapasan ialah konsentrasi karbondioksida, yang
biasanya dinyatakan dengan pCO2. Perubahan pCO2 akan
dipantau oleh kemoreseptor yang terdapat di pusat respiratori di medula. Pusat
respiratori tersebut sebenarnya merespon penurunan pH cairan serebrospinal.
Peningkatan keasaman pada cairan tersebut merupakan cermin yang tepat bagi
adanya peningkatan pCO2 di arteri. Penigkatan pCO2 di
arteri akan menjadi sumber rangsangan bagi dimulainya proses pembuangan CO2.
Pembuangan CO2 dan pemasokan
oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh hewan, yang dari waktu ke waktu
dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme meningkat, kebutuhan
oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila pada saat
tersebut darah tidak mengandung cukup oksigen untuk a, memenuhi kebutuhannya,
hewan akan mengalami kondisi hipoksi atau bahkan asfiksia (keadaan tidak
terdapat oksigen pada jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam
sel/tubuh terlalu tinggi, dapat terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang
dapat mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh. Pasokan oksigen yang tidak
memadai pada umumnya berkaitan erat dengan adanya timbunan karbondioksida.
Sementara itu, timbunan karbondioksida dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai
gangguan yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Kanisius: Yogyakarta
Junqueira, Luis & Carneiro. Jose.
1991. Histologi Dasar. Terjemahan Drama, Adji.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Isharmanto. 2009. Theory sistem respirasi. http://www.biologigonz.blogspot.com
Diakses pada 10 April 2011
Wasetiawan.
2009. Respirasi Hewan pdf. http://www.blog.unila.ac.id.
Diakses pada 10 April 2011
Pertukaran O2
dan CO2 dalam pernapasan. http://www.biologi-new.blogspot.com. Diakses pada 10 April 2011
Anonymous. 2009. Fisiologi Hewan.
http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0074%20Bio%202-8a.htm.
Diakses tanggal 10 April 2011
0 Responses to "MyWay"
Posting Komentar